Sabtu, 19 Mei 2012

Antara si Peminta dan si Pemberi

Oleh: Rina Pili
Keutamaan Manfaat sedekah untuk umat tentu adalah mendapatkan pahala, tapi selain itu ada berbagai cerita tentang keajaiban nikmatnya setelah mendapatkan sedekah.Tentu sangat menyenangkan selain dapat membantu orang lain kita juga mendapatkan sesuatu juga untuk diri kita. Tentu yang dimaksud adalah jika kita memberikannya secara iklas tanpa mengharap apapun, memang sulit tapi berusahalah!!!
Manfaat sedekah: Bertambahnya rezeki. Rasulullah saw bersabda: Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah menyayangi kalian. (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)
Al-Quran > Surah An-Nisaa’> Ayat 39 (menggambarkan keutamaan sedekah)
Dan apakah (kerugian) yang akan menimpa mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, serta mereka mendermakan sebahagian dari apa yang telah dikurniakan Allah kepada mereka? Dan (ingatlah) Allah sentiasa Mengetahui akan keadaan mereka. Al-Quran > Surah An-Nisaa’> Ayat 114 (Tentang manfaat sedekah yang mendapatkan pahala besar)
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah atau berbuat kebaikan atau mendamaikan di antara manusia dan sesiapa yang berbuat demikian dengan maksud mencari keredaan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat besar
Al-Quran > Surah Al- Baqarah> Ayat 254 (Apa perlunya bersedekah)
Wahai orang-orang yang beriman! Sebarkanlah sebahagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kamu, sebelum tibanya hari (kiamat) yang tidak ada jual beli padanya dan tidak ada kawan teman (yang memberi manfaat), serta tidak ada pula pertolongan syafaat dan orang-orang kafir, mereka itulah orang-orang yang zalim.
Nikmatnya sedekah jangan pernah diharapkan karena itu akan datang dengan sendirinya. Manfaat sedekah tentu sangat banyak, seperti kata pepatah siapa yang menabur kebaikan dia juga akan memanen kebaikan. Keutamaan Sedekah adalah tentu mendapatkan pahala, tapi selain itu banyak cerita kisah nyata yang sudah mendeskribsikan keajaiban dalam bersedekah.
Yuk!! SANAK ............... mulai sekarang kita bersedekah….
Readmore>>

Kamis, 17 Mei 2012

Baban Barek Singguluang Batu

Salamaik Manjalankan Amanat Urang Minang Nan Ado Dibatam
Buek Pak H.Erwin Ismail Sebagai Ketua Iksb Batam Priode 2012-2017
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Didahulukan Salangkah Ditinggikan Sarantiang
Oleh:Rina Rank Pili...Batam

Baban Barek Singuluang Batu Itulah Amanat Nan Ka Jalani Dek Pangulu Atau Pemimpin

Diranah Minang
Sajauah Perjalanan Nan Ambo Lalui,Kato Singguluang Ndak Basobok Dalam Kamus Apo Pun

Nan Ado Didunia Nangko.Dikanus Bahaso Melayu Pun Ndak Basobok
Baitulah Ke Unikan Bahaso Minang Ko Sanak...Takadang Urang Awak Ko Baru 2 Hari

Dirantau Urang Lah Gensi Pulo Nyo Bahaso Minang Di Muko Urang Rami.
Pangulu Atau Pemimpin Di Minang Adolah Mamak Basamo Dek Urang Minang Sakampuang.
Indaklah Mudah Jadi Pemimpin Ko Sanak,,
Banyak Upek Dari Pado Puji
Banyak Keluhan Nan Bakal Dihadangnyo,Bak Kato Urang,
Jadi Se Orang Mamak
Bapisau Tajam
Badagiang Padek
Dalam Lautan Ka Nyo Selami,,Tinggi Bukik Ka Nyo Daki
Samanjak Dari Kamalangan Sampai Ka Presepsi Pernikahan Ka Nyo Hadiri.
Seperti Langkah Nan Ka Dtampuah Dek Iksb Kedepan,,Ba Upayo Mambantuak Komonitas Rumah

Gadang Nan Independen Dan Ber Komitmen..
Saciok Bak Ayam,,,Sadanciang Bak Basi
Kaluarah Samo Manurun,,Ka Bukik Samo Mandaki
Nan Ringan Samo Dijinjiang,,Nan Barek Samo Kito Pikua
Dengan Tapiliahnyo Pak Haji Erwin Ismail Semoga Kedepannyo Iksb Batam
Sacaro Kekeluargaan Jo Kebersamaan,,Mangambangkan Raso Saliang Mamiliki Iksb
Mudah2an Malalui Suatu Wadah Nan Banamo Fms Di Iksb,,Agaknyo Rakyat Badarai Ko

Tolonglah Diperhatikan Nasibnyo,,Tamasuak Ambo Ciek Pak Hehehehehehe.....
Fms Marupokan Suatu Wadah Dalam Program Iksb Batam Nan Batujuan Untuak Mengembangkan

Pengusaha Muda Nan Tagabuang Dalam Wadah Tsb..
Ambo Yakin,,Pak Haji Erwin Ismail Bisa Mambarikan Perubahan Nan Labiah Elok

Kedepannyo. Ambo Ikuik Mandukung Program Nan Dijalankan Baliau"""""""
Aamiinn Yarabball Allamiinn.

Wassalam Mua'alaikum
T.T.D..Rina Pili...
Batam Kepri
Readmore>>

Sabtu, 12 Mei 2012

Cara Iblis Menyesatkan Kita dengan Sajadah

Assalamualaikum...
Ini adalah sebuah cerita renungan terhadap diri kita
Mudah-mudahan dengan cerita ini dapat mengingatkan diri sendiri ataupun Orang lain...
Tentang cara Iblis menyesatkan manusia menggunakan SAJADAH
Siang menjelang dzuhur . salah satu iblis ada di masjid. Kebetulan hari itu adalah hari Jum'at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada di dalam masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan. Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk dan masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air
Pada setiap orang, iblis masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di setiap SAJADAH.
"Hai Blis!" panggil seorang Kiai, ketika baru masuk masjid.
Iblis merasa terusik dan berkata : "Kau kerjakan saja tugasmu kiai, Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam masjid ini!"
Pak Kiai : "ini rumah ALLAH, blis! Tempat yang suci, kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!"
Kiai coba mengusir iblis.
Iblis : "Kiai, hari ini adalah hari uji coba sistem baru". Kiai tercenggung. "Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu".
"Dengan apa?", tanya kiai.
Iblis : "Dengan sajadah !".
Kiai : "Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, blis? "
Iblis : "Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah dibawah UMR, demi keuntungan besar!"
Kiai : " Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru ?"
Iblis : " bukan itu saja kiai, Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar"
Kiai : "Untuk apa ?"
Iblis : "Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang kau pimpin, Kiai! Selain itu, saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggan. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. dari situ saya bisa ikut membentangkan sajadah".
Dialog iblis dan kiai sesaat terputus. Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi sajadahnya lebih kecil.
Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajdahnya, tanpa melihat kanan-kiri. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dahulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya
Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
"Nah, liat itu kiai !", Iblis memulai dialog lagi
"Yang mana ?", tanya kiai
"Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu, mereka punya sajadah yang bebeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka"
Iblis lenyap. Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunnah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan iblis sebelumnya. Pemilik sejadah lebar "rukuk", Kemudian sujud. Tetapi sambil bangun dari sujud, ia membuka sajadahnya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil berada dibawah sajada yang besar. kemudian ia berdiri, Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil melakukan hal serupa. Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditutupi oleh sajadah yang lebih besar. Itu berjalan sampai akhir sholat sunnah.
Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadiaan itu beberapa kali terlihat di beberapa bagian masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas dari pada di bawah. Di atas sajadah saja orang sudah berebut kekuasaan dengan orang lain. Siapa yang memiliki sajadah lebar akan meletakkan diatas sajadah kecil. Sajadah sudah dijadikan iblis sebagai pembedaan kelas.
Pemilik sajadah diidentikan sebagai orang yang memiliki kekayaan, yang setiap saat harus berada diatas daripada yang lain. Sedangkan pemilik sajadah yang kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang kaya.
Diatas sajadah saja, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain. " ASTAGHFIRULLAHAL ADZIM, SEMOGA KITA LEBIH BIJAK MENGGUNAKAN SAJADAH YANG KITA MILIKI KEEP SHARING, Tetap berbagi dengan siapapun apa yang kita miliki, karena semua itu hanya titipan dari ALLAH SWT
"Semakin tinggi tingkat keimanan seorang mukmin maka akan semakin tinggi dan canggih pula godaan yang dilakukan oleh Iblis dan pengikutnya"
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apakah kalian tidak berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat di sisi Rabb mereka?” Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana berbarisnya malaikat di sisi Rabb mereka?” Beliau menjawab: “Mereka menyempurnakan barisan-barisan (shaf-shaf), yang pertama kemudian (shaf) yang berikutnya, dan mereka merapatkan barisan”. (HR. Muslim, An Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah).
Readmore>>

Jumat, 11 Mei 2012

Agar Malaikat Mendo'akan Kita

Tidakkah kita merindukan, mendambakan saat-saat seperti itu? Ketika para malaikat memohon kepada Allah untuk kita? Ya, malaikat yang merupakan makhluk paling taat kepada Allah dan menjadi pembantu dan pasukan setia dari Allah, yang kedudukannya pun sangat dekat dengan Allah, tidak segan-segan akan mendoakan kita.
Orang-orang yang didoakan para malaikat.
Dari beberapa riwayat hadits Nabi saw. yang sampai kepada kita, ada beberapa golongan orang yang akan didoakan kebaikan oleh malaikat. Sebagian besar dari mereka berhubungan dengan aktifitas shalat berjamaah. Berikut adalah daftarnya:
  1. Orang yang menunggu waktu shalat.
  2. Orang yang berdiri di shaf terdepan.
  3. Orang yang menyambung shaf shalat.
  4. Orang yang shalat ashar dan shubuh (berjamaah).
Dan berikut ini adalah hadits yang menjadi dasar pernyataan di atas:
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.’”
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan.”
(Imam Abu Dawud dari Barra’ bin ‘Azib ra., dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf.”
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra.)
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.’”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140)
Demikianlah beberapa hadits yang menunjukkan keutamaan orang-orang yang menjaga sholatnya, serius dalam sholat dan dzikir kepada Allah. Merekalah yang berhak memperoleh kehormatan dengan didoakan kebaikan oleh para malaikat.
Betapa beruntung dan senangnya mereka yang bisa mendapat kesempatan didoakan oleh para malaikat, makhluk yang paling taat dan selalu taat serta sangat dekat dengan Allah, Sang Penguasa alam ini.
Allah SWT berfirman, “Sebenarnya (malaikat – malaikat itu) adalah hamba – hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah – perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa’at melainkan kepada orang -orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati – hati karena takut kepada-Nya” –QS Al Anbiyaa’ 26-28
Orang-orang yang didoakan malaikat:
  1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
  2. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
  3. Orang – orang yang berinfak.
  4. Orang yang makan sahur.
  5. Orang yang menjenguk orang sakit.
  6. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Berikut adalah hadits-hadits yang mendukung daftar golongan orang-orang yang didoakan malaikat di atas:
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa `Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci’”.
(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata `aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’”
(Shahih Muslim no. 2733)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, `Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak‘. Dan lainnya berkata, `Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit.’”
(Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang – orang yang makan sahur.”
(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
Imam Ahmad meriwayatkan dari `Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh.”
(Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.”
(dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Semoga bermanfaat.
Readmore>>

Kamis, 10 Mei 2012

Pemahaman Adat Basandi Syara' - Syara' Basandi Kitabullah

Oleh : H. Mas’oed Abidin.
Pendahuluan
Prakarsa ummat di Ranah Minang untuk membina anak nagari, terutama di dalam berprilaku beradat, amat signifikan. Bahkan sangat dominan sepanjang sejarah Ranah Bundo ini. Apabila di runut sedari pengupayaan dan pembinaan ummat itu sangatlah besar. Buktinya bertebaran pada setiap nagari. Bahkan sampai kepelosok kampung, dusun dan taratak.
Adanya pemahaman bahwa,
Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek.
Dan kata-kata bidal selanjutnya,
Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka pakan baso, malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso,
Kedua ungkapan ini menjadi bukti dilaksanakannya sejak lama aturan beradat yang di temui di nagari-nagari dalam tatanan masyarakat Minangkabau, sejak lama. Sungguhpun dimasa ini ungkapan itu tidak kentara dalam kenyataan keseharian. Sesuatu yang perlu dipertanyakan, kenapa …???
Didalam pembinaan masyarakat, memulainya dari akar rumput. Mengawali langkah dari surau dan rumah tangga serta lingkungan masyarakatnya. Disini terletak kekuatan utama.
Potensi masyarakat mestinya digerakkan optimal dan terpadu untuk menghidupkan tata masyarakat beradat itu. Tujuan mulia yang hendak dicapai adalah mencerdaskan ummat dengan menanamkan budi pekerti (akhlaq) yang sesuai dengan bimbingan syariat Islami.
Sejalan dengan kaedah adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah di Ranah Minang, syarak mangato adat memakai. Didorong hendak mengamalkan Firman Allah, “Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama (syariat, syarak) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya (dengan cara-cara mengamalkannya pada setiap prilaku dan tindakan dengan kehidupan beradat), apabila mereka telah kembali kepadanya – kekampung halamannya –, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at Taubah, ayat 122).
Dalam empat dasawarsa terakhir, khususnya sejak decade 1970, ketika pemerintah mulai membuka akses lebih besar kedunia pendidikan Islam dengan melakukan rekonsiliasi dan melaksanakan kiat dekat mendekati dengan penyesuaian-penyesuaian (rapprochement) terhadap surau terkesan ada upaya “mengokohkan tangan” bergayut kepada program dan anggaran pemerintah.
Dampak negatifnya potensi masyarakat yang lebih banyak “berdiri diatas kaki sendiri“ menjadi melemah. Banyak program pendidikan masyarakat di sejajarkan.
Akibat langsung yang sangat terasa adalah kurangnya kemandirian masyarakat di nagari-nagari yang pada mulanya menjadi tumpuan harapan bagi pembinaan anak nagari.
Disamping tentu tidak pula dilupakan karena pesatnya penetrasi budaya dari luar.
Memperkuat ummat dengan menghormati perbedaan
Merosotnya peran kelembagaan adat dan syarak, di Minangkabau dalam bentuk surau, dan lemahnya pagar adat di lingkungan kekerabatan masyarakat telah menjadi penyebab hilangnya saing pemuka adat dan agama dalam peran pembinaan anak nagari.
Disini pokok permasalahan yang amat perlu diamati. Jika kondisinya demikian, peran serta bagaimana yang dituntut kepada masyarakat kini ?
Rasanya tidak adil kalau pihak pemerintah menuntut lebih banyak dari masyarakat.
Khususnya dalam bidang dana dan daya (tenaga pengajar, tuanku dan imam khatib di nagari-nagari).
Apalagi kalau kita melihat selama ini perhatian lebih banyak diberikan kepada membedakan kesamaan di tengah realitas muthlak adanya perbedaan itu, atau adat salingka nagari..
Senyatanya Firman Allah yang menjadi landasan syarak itu telah menetapkan, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-bangsa)dan berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49, al Hujurat : 13).
Nabi Muhammad SAW memesankan pula, “Perbedaan di tengah-tengah umatku adalah rahmat” (Al Hadist). Di dalam menghadi perubahan zaman ada pedoman “innaz-zaman qad istadara”, bahwa sungguh zaman berubah masa berganti (Al Hadist).
Untaian kata hikmah di Minangkabau mengungkapkan pemahaman bahwa perbedaan semestinya dihormati.
“Pawang biduak nak rang Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik, Basilang kayu dalam tungku, Di sinan api mangko hiduik”.
Tuntutan Zaman
Seiring perkembangan zaman, masyarakat memerlukan pendidikan berkualitas (quality education)[1].
Ada dorongan keras untuk memproduk SDM yang bisa dibeli pasar tenaga kerja. Satu hal perlu di pahami pada awal abad 18, para ulama dan ninikmamak di nagari-nagari berperan menjadi penggagas dan pengasuh masyarakatnya.
Mereka melengkapi diri dengan perguruan surau (madrasah) yang memiliki jalinan hubungan yang kuat dengan masyarakat. Kokoh di dalam satu hubungan saling menguntungkan (symbiotic relationship).
Surau menjadi kekuatan perlawanan membisu (silent opposition) terhadap penjajahan budaya dari luar. Dari surau ini lebih jelas respon pemimpin dan komunitas Muslim menantang penjajahan budaya luar. Ummat kuat dan berdaya.
Masyarakat Minangkabau sangat akomodatif, terhadap pendidikan di sekolah negeri, seiring pemahaman syariat di dalam membentuk watak anak nagari.
Sungguhpun ada dikotomi antara sekolah agama negeri dan surau, dalam sebutan ambtenaren dan orang surau[2], perbedaannya teramat kecil. Bahkan sikap akomodatif masyarakat Minangkabau ini, telah menjadi pendorong lebih maju, sangat dinamis.
Menyikapi Perubahan zaman
Perubahan cepat di tengah derasnya arus globalisasi menompangkan riak dengan gelombang penetrasi budaya luar (asing).
Arus itu telah membawa akibat perilaku masyarakat, praktek pemerintahan, pengelolaan wilayah dan asset, serta perkembangan norma dan adat istiadat di banyak nagari di ranah Sumatra Barat terlalaikan.
Perubahan perilaku lebih mengedepankan perebutan prestise dan kelompok berbalut materialistis dan jalan sendiri (individualistik). Akibatnya, kepentingan bersama dan masyarakat sering di abaikan.
Menyikapi perubahan sedemikian, acapkali idealisme kebudayaan Minangkabau menjadi sasaran cercaan. Indikasinya sangat tampak pada setiap upaya pencapaian hasil kebersamaan (kolektif bermasyarakat) menjadi kurang peduli di banding pencapaian hasil perorangan (individual).
Sebenarnya, nagari dalam daerah Minangkabau (Sumatra Barat) seakan sebuah republik kecil. Memiliki sistim demokrasi murni, pemerintahan sendiri, asset sendiri, wilayah sendiri, perangkat masyarakat sendiri, sumber penghasilan sendiri, bahkan hukum dan norma-norma adat sendiri.
Maka “Kembali ke Nagari“, menurut hemat saya, semestinya lebih di titik beratkan kepada kembali banagari [3] dalam makna kebersamaan itu.
Memahami Bimbingan syarak dalam kaedah adat
Masyarakat adat berpegang adat bersendi syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah, sebenarnya memahami bahwa kaedah-kaedah adat dipertajam makna dan fungsinya oleh kuatnya peran syariat. Pelajaran-pelajaran sesuai syara’ itu, antara lain dapat di ketengahkan ;
1. Mengutamakan prinsip hidup berkeseimbangan
Ni’mat Allah, sangat banyak. “Dan jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi maha Penyayang” (QS.16, An Nahl : 18).
Hukum Syara’ menghendaki keseimbangan antara hidup rohani dan jasmani ; “Sesungguhnya jiwamu (rohani-mu) berhak atas kamu (supaya kamu pelihara) dan badanmu (jasmanimu) pun berhak atasmu supaya kamu pelihara” (Hadist). Keseimbangan ini semakin jelas wujud dalam kemakmuran di ranah ini, seperti ungkapan ;
“Rumah gadang gajah maharam, Lumbuang baririk di halaman, Rangkiang tujuah sajaja, Sabuah si bayau-bayau, Panenggang anak dagang lalu, Sabuah si Tinjau lauik, Birawati lumbuang nan banyak, Makanan anak kamanakan.
Manjilih ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang.
Sesuai bimbingan syara’, “Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-olah akan hidup selama-lamanya” (Hadist).
2. Kesadaran kepada luasnya bumi Allah, merantaulah !
Allah telah menjadikan bumi mudah untuk digunakan. Maka berjalanlah di atas permukaan bumi, dan makanlah dari rezekiNya dan kepada Nya lah tempat kamu kembali. “Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah karunia Allah dan (di samping itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu mencapai kejayaan“, (QS.62, Al Jumu’ah : 10).
Agar supaya “jangan tetap tertinggal dan terkurung dalam lingkungan yang kecil”, dan sempit (QS.4, An Nisak : 97).
Karatau madang di hulu babuah babungo balun. Marantau buyuang dahulu di rumah paguno balun.
Ditanamkan pentingnya kehati-hatian,
“Ingek sa-balun kanai, Kulimek sa-balun abih,
Ingek-ingek nan ka-pai, Agak-agak nan ka-tingga”.
3. Mencari nafkah dengan “usaha sendiri”
Memiliki jati diri, self help dengan tulang delapan kerat dengan cara amat sederhana sekalipun “lebih terhormat”, daripada meminta-minta dan menjadi beban orang lain, “Kamu ambil seutas tali, dan dengan itu kamu pergi kehutan belukar mencari kayu bakar untuk dijual pencukupkan nafkah bagi keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari pada berkeliling meminta-minta”. (Hadist). Membiarkan diri hidup dalam kemiskinan tanpa berupaya adalah salah , “Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran (ke-engkaran)“ (Hadist).
4. Tawakkal dengan bekerja dan tidak boros.
Tawakkal, bukan “hanya menyerahkan nasib” dengan tidak berbuat apa-apa, “Bertawakkal lah kamu, seperti burung itu bertawakkal“ (Atsar dari Shahabat). Artinya, pemahaman syarak menanamkan dinamika hidup yang tinggi.
5. Kesadaran kepada ruang dan waktu
Menyadari bahwa peredaran bumi, bulan dan matahari, pertukaran malam dan siang, menjadi bertukar musim berganti bulan dan tahun, adalah hukum alam semata. “Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan siang untuk kamu mencari nafkah hidup“. (QS.78, An Naba’ : 10-11). Ditananamkan kearifan akan adanya perubahan-perubahan. Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus pandai mengendalikan diri, agar jangan melewati batas, dan berlebihan,
“Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam ma-aruih, Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang, putuih – putuih, Lah salasai mangko-nyo sudah”.
Artinya, pemahaman syarak menekankan kepada kehidupan yang dinamis, mempunyai martabat (izzah diri), bekerja sepenuh hati, menggerakkan semua potensi yang ada, dengan tidak menyisakan kelalaian ataupun ke-engganan. Tidak berhenti sebelum sampai. Tidak berakhir sebelum benar-benar sudah.
Konsep tata ruang yang jelas
Nagari di Minangkabau berada di dalam konsep tata ruang yang jelas.
Basasok bajarami, Bapandam bapakuburan, Balabuah batapian, Barumah batanggo, Bakorong bakampuang, Basawah baladang, Babalai bamusajik.
Ba-balai (balairuang atau balai-balai adat) tempat musyawarah dan menetapkan hukum dan aturan ;
“Balairuang tampek manghukum, ba-aie janieh basayak landai, aie janiah ikan-nyo jinak, hukum adie katonyo bana, dandam agiae kasumaik putuih, hukum jatuah sangketo sudah”.
Ba-musajik atau ba-surau tempat beribadah,
“Musajik tampek ba ibadah, tampek balapa ba ma’ana, tampek balaja al Quran 30 juz, tampek mangaji sah jo batal”[4],
Artinya ada pusat pembinaan ummat untuk menjalin hubungan masyarakat yang baik (hablum-minan-naas) dan terjamin pemeliharaan ibadah dengan Khalik (hablum minallah).
Adanya balairuang dan musajik (surau) menjadi lambang utama terlaksananya hukum — kedua lembaga – balairung dan mesjid – ini merupakan dua badan hukum yang disebut dalam pepatah : “Camin nan tidak kabuah, palito nan tidak padam”[5]—di dalam pemahaman “adat basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah., syara’ mangato adat nan kawi syara’ nan lazim”.
Kedua lembaga ini – balai adat dan surau – keberadaannya tidak dapat dipisah dan dibeda-bedakan.
“Pariangan manjadi tampuak tangkai, Pagarruyuang pusek Tanah Data, Tigo Luhak rang mangatokan. Adat jo syara’ jiko bacarai, bakeh bagantuang nan lah sakah, tampek bapijak nan lah taban”.
Apabila kedua sarana ini berperan sempurna, maka di kelilingnya tampil kehidupan masyarakat yang berakhlaq perangai terpuji dan mulia (akhlaqul-karimah) itu.
“Tasindorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki, adaik jo syara’ kok tasusun, bumi sanang padi manjadi”.
Konsep tata-ruang ini adalah salah satu kekayaan budaya yang sangat berharga di nagari dan bukti idealisme nilai budaya di Minangkabau, termasuk di dalam mengelola kekayaan alam dan pemanfaatan tanah ulayat.
“Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu, Nan gurun buek kaparak, Nan bancah jadikan sawah, Nan munggu pandam pakuburan, Nan gauang katabek ikan, Nan padang kubangan kabau, Nan rawang ranangan itiak”.
Tata ruang yang jelas memberikan posisi peran pengatur, pemelihara.
Pendukung sistim banagari yang terdiri dari orang ampek jinih, yang terdiri dari ninikmamak ( yakni penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut ninikmamak nan gadang basa batuah, atau nan di amba gadang, nan di junjung tinggi, sebagai suatu legitimasi masyarakat nan di lewakan.), alim ulama (juga disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib nagari atau imam suku, dll dalam peran dan fungsinya sebagai urang surau pemimpin agama Islam.
Gelaran ini lebih menekankan kepada pemeranan fungsi ditengah denyut nadi kehidupan masyarakat (anak nagari), cerdik pandai (dapat saja terdiri dari anak nagari yang menjabat jabatan pemerintahan, para ilmuan, perguruan tinggi, hartawan, dermawan), urang mudo (yakni para remaja, angkatan muda, yang dijuluki dengan nan capek kaki ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo) dan bundo kanduang (terdiri dari kalangan ibu-ibu, yang sesungguhnya ditangan mereka terletak garis keturunan dalam sistim matrilinineal dan masih berlaku hingga saat ini, lebih jelasnya di ungkap di dalam Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang di Minangkabau, adalah menjadi “limpapeh rumah nan gadang,umbun puruak pegangan kunci, pusek jalo kumpulan tali, sumarak dalam nagari, nan gadang basa batuah”).
Maka, nagari di Minangkabau tidak sebatas pengertian ulayat hukum adat. Lebih mengedepan dan utama adalah wilayah kesepakatan antar berbagai komponen masyarakat di dalam nagari .
Spiritnya adalah ;
a. kebersamaan (sa-ciok bak ayam sa-danciang bak basi), ditemukan dalam pepatah ;
“Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo singkek pa uleh kan, mako nyo sampai nan di cito.”
b. keterpaduan (barek sa-pikua ringan sa-jinjiang) atau hidupnya prilaku ditengah masyarakat dengan ;
“Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man janguak, Adat isi bari mam-bari, Adat tidak salang ma-nyalang”.
Basalang tenggang, artinya saling meringankan.
Kesediaan memberikan dukungan terhadap kehidupan bersama. “Karajo baiak ba-imbau-an, Karajo buruak bahambau-an”.
c. musyawarah (bulek aie dek pambuluah, bulek kato dek mupakat). “Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh, Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo”
d. keimanan kepada Allah SWT menjadi pengikat spirit yang menjiwai sunnatullah dalam setiap gerak mengenali alam keliling.
“Panggiriak pisau sirauik, Patungkek batang lintabuang, Satitiak jadikan lauik, Sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan guru ”.
Alam telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Terkandung faedah kekuatan, dan khasiat yang perlu untuk mempertinggi mutu hidup jasmani manusia. Ada keharusan berusaha membanting tulang. Ada kewajiban memeras otak untuk mengambil sebanyak-banyak faedah dari alam sekelilingnya itu. Sambil menikmatinya, ada kewajiban mensyukurinya, dengan beribadah kepada Ilahi.
e. kecintaan ke nagari adalah perekat yang sudah dibentuk oleh perjalanan waktu dan pengalaman sejarah.[6] Menjaga dari pada melewati batas-batas yang patut dan pantas. Tidak terbawa hanyut materi dan hawa nafsu yang merusak. Menghendaki keseimbangan rohani dan jasmani.
“Jiko mangaji dari alif, Jiko babilang dari aso, Jiko naiak dari janjang, Jiko turun dari tango”.
Sikap hidup (attitude towards life) ini, menjadi sumber pendorong kegiatan di bidang ekonomi. Tujuan utama untuk keperluan jasmani (material needs). Hasilnya tergantung kepada dalam atau dangkalnya sikap hidup tersebut berurat dalam jiwa masyarakat nagari. Dan bergantung pula kepada tingkat kecerdasan yang telah dicapai.
Dukungan masyarakat adat dan kesepakatan tungku tigo sajarangan yang terdiri dari ninikmamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan kalangan rang mudo, menjadi penggerak utama mewujudkan tatanan sistim di nagari. Terutama dalam menerjemahkan peraturan daerah kembali kepemerintahan nagari.
Hakekatnya, anak nagari sangat berkepentingan dalam merumuskan nagarinya. Konsep ini mesti tumbuh dari akar nagari itu sendiri. Tidak suatu pemberian dari luar.
“Lah masak padi ‘rang singkarak, masaknyo batangkai-tangkai, satangkai jarang nan mudo, Kabek sabalik buhul sintak, Jaranglah urang nan ma-ungkai, Tibo nan punyo rarak sajo”,
Artinya diperlukan orang-orang yang ahli di bidangnya. Lebih lagi didalam menatap setiap perubahan peradaban yang tengah berlaku. Hal ini perlu dipahami, supaya jangan tersua “ibarat mengajar kuda memakan dedak”.
Masyarakat nagari tidak terdiri dari satu keturunan (suku) saja, tetapi asal muasalnya berdatangan dari berbagai daerah di sekeliling ranah bundo.
Namun mereka dapat bersatu dalam satu kaedah hinggok mancangkam tabang basitumpu atau hinggok mencari suku dan tabang mencari ibu.“Hiyu bali balanak bali, ikan panjang bali dahulu. Ibu cari dunsanak cari, induak samang cari dahulu “,
Maknanya, – yang datang dihargai, yang menanti dihormati –, “Dima bumi di pijak, di sinan langik di junjuang, di situ adaik bapakai”. Ada satu bentuk perilaku duduk samo randah tagak samo tinggi. Menjadi prinsip egaliter di Minangkabau.
Kalau bisa dipertajam, inilah prinsip demokrasi murni dan otoritas masyarakat yang sangat independen.
Langkah Penting kedepan adalah,
  1. Menguasai informasi substansial
  2. Mendukung pemerintahan yang menerapkan low-enforcment
  3. Memperkuat kesatuan dan Persatuan di nagari-nagari, dengan muaranya adalah ketahanan masyarakat dan ketahanan diri.
Dimulai dengan apa yang ada. Kekayaan alam dan potensi yang terpendam dalam unsur manusia. Kekayaan nilai-nilai budaya lengkap dengan sarana pendukungnya. Selangkah demi selangkah mesti diberdayakan.
Melaksanakan idea self help mesti seiring dengan sikap hati-hati. Ada kesadaran tinggi bahwa setiap gerak di awasi. Kesungguhan diri ditumbuhkan dari dalam. Tanamkan keyakinan bahwa Allah SWT satu-satunya pelindung dalam kehidupan.
Maka, masyarakat Minangkabau yang beradat dan beragama selalu hidup dengan mengenang hidup sebelum mati dan hidup sesudah hidup ini. Sesuai peringatan Ilahi, “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala tidak merobah keadan sesuatu kaum, kecuali mereka mau merubah keadaan yang ada dalam dirinya masing-masing …. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap satu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(QS.13, Ar Ra’du : 11).
Memperkuat Posisi Nagari
Tugas kembali kenagari adalah menggali potensi dan asset nagari yang terdiri dari budaya, harta, manusia, dan agama anutan anak nagari. Apabila tidak digali, akan mendatangkan kesengsaraan baru bagi masyarakat nagari. Di mulai dengan memanggil potensi yang ada dalam unsur manusia, masyarakat nagari.
Gali kesadaran akan benih-benih kekuatan yang ada dalam diri masing-masing. Kemudian observasinya dipertajam, daya pikirnya ditingkatkan, daya geraknya didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya kemauannya dibangkitkan.
Upaya ini akan berhasil dengan menumbuhkan atau mengembalikan kepercayaan kepada diri sendiri.
“Handak kayo badikik-dikik, Handak tuah batabua urai, Handak mulia tapek-i janji, Handak luruih rantangkan tali, Handak buliah kuat mancari, Handak namo tinggakan jaso, Handak pandai rajin balaja.
Dek sakato mangkonyo ado, Dek sakutu mangkonyo maju, Dek ameh mangkonyo kameh, Dek padi mangkonyo manjadi.”.
Tujuannya sampai kepada taraf yang memungkinkan untuk mampu berdiri sendiri dan membantu nagari tetangga secara selfless help, dengan memberikan bantuan dari rezeki yang telah kita dapatkan tanpa mengharap balas jasa, “Pada hal tidak ada padanya budi seseorang yang patut dibalas, tetapi karena hendak mencapai keredhaan Tuhan-Nya Yang Maha Tinggi”. (QS.al-Lail :19- 20).
Walaupun ada kendala, optimisme banagari mesti selalu dipelihara. “Alah bakarih samporono, Bingkisan rajo Majopahik, Tuah basabab bakarano, Pandai batenggang di nan rumik”.
Mendukung percepatan pembangunan di era otonomi daerah di Sumbar, sangat perlu disegerakan upaya upaya ;
1. Meningkatkan Mutu SDM anak nagari, dan memperkuat Potensi yang sudah ada melalui program utama,
  • menumbuhkan SDM Negari yang sehat dengan gizi cukup, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (terutama terapan),
  • mengokohkan pemahaman agama, sehingga anak negari menjadi sehat rohani,
  • menjaga terlaksananya dengan baik norma-norma adat, sehingga anak nagari menjadi masyarakat beradat yang beragama (Islam).
Membentuk masyarakat beradat dan beragama sebagai suatu identitas yang tidak dapat ditolak dalam kembali kenagari..
2. Menggali potensi SDA di nagari, selaras perkembangan global dengan memperkuat ketahanan ekonomi rakyat. Membangun kesejahteraan bertitik tolak pembinaan unsur manusia. Dari menolong diri sendiri kepada mutual help. Tolong-menolong adalah puncak budaya Adat basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah. Berbagi pekerjaan (ta’awun) ajaran syarak. “Bantu membantu, ta’awun, mutual help dalam rangka pembagian pekerjaan (division of labour) menurut keahlian masing-masing ini, akan mempercepat proses produksi, dan mempertinggi mutu, yang dihasilkan. Itulah taraf ihsan yang hendak di capai.
3. Memperindah nagari dengan menumbuhkan contoh di nagari. Indicator utama adanya moral adat “nan kuriak kundi, nan sirah sago, nan baik budi nan indah baso”. Efisiensi organisasi dengan reposisi dan refungsionisasi semua pemeranan fungsi dari elemen masyarakat.
Ketiga pengupayaan diatas menjadi satu konsepsi tata cara hidup. Sistem sosial dalam “iklim adat basandi syara’ syara’ basandi Kitabullah”, adalah membina negara dan bangsa keseluruhannya untuk melaksanakan Firman Ilahi “Berbuat baiklah kamu (kepada sesama makhluk) sebagaimana Allah berbuat baik terhadapmu sendiri (yakni berbuat baik tanpa harapkan balasan)”. (QS.28, Al Qashash : 77).
Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan “nawaitu” dalam diri masing-masing.
Untuk membina umat dalam masyarakat di nagari harus diketahui pula kekuatan-kekuatan. “Latiak-latiak tabang ka Pinang, Hinggok di Pinang duo-duo, Satitiak aie dalam piriang, Sinan bamain ikan rayo”.
Teranglah sudah, bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di bidang pembangunan masyarakat nagari lahir dan batin, material dan spiritual pasti akan menemui disini iklim (mental climate) yang subur.
Apabila pandai menggunakan dengan tepat akan banyak membantu usaha pembangunan itu.
Melupakan atau mengabaikan ini, adalah satu kerugian.
Berarti mengabaikan satu partner “yang amat berguna” dalam pembangunan masyarakat dan negara.
Hakikat Syarak Mangato DI MINANGKABAU
Peran syarak di Ranah Minang sekarang ini adalah menyadarkan ummat akan peran mereka dalam membentuk diri mereka sendiri. “Sesungguhnya Allah tidak akan merobah nasib satu kaum, hingga kaum itu sendiri yang berusaha merobah sikap mereka sendiri.” (QS.Ar-Ra’du).
Kenyataan sosial anak nagari harus di awali dengan mengakui keberadaan mereka, menjunjung tinggi puncak-puncak kebudayaan mereka, menyadarkan mereka akan potensi besar yang mereka miliki, mendorong mereka kepada satu bentuk kehidupan yang bertanggung jawab.
Inilah tuntutan syarak sesuai Kitabullah.
Pencapaiannya mesti melalui gerakan dakwah ilaa Allah. Da’wah adalah satu kata, di dalam Al-Qur’an, bermakna ajakan atau seruan.
Maka seruan atau ajakan itu, tidak lain adalah seruan kepada Islam. Yaitu agama yang diberikan Khaliq untuk manusia, yang sangat sesuai dengan fithrah manusia itu. Islam adalah agama Risalah, yang ditugaskan kepada Rasul.
Penyebaran serta penyiarannya dilanjutkan oleh da’wah, untuk keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia.
Rentangan sejarah mencatat, “Risalah merintis, da’wah melanjutkan”.
Kaedah ini mesti dipahami sebagai upaya intensif menerapkan adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah.
Risalah yang menjadi tugas rasul itu, berisi khabar gembira dan peringatan. Ditujukan untuk seluruh ummat manusia. Risalah itu cocok untuk semua zaman. Maksudnya untuk Rahmat seluruh alam.
Nabi Muhammad Rasulullah S.A.W, da’i pertama yang ditetapkan Allah (QS. Saba’, 34 : 28) mengajak manusia dengan ilmu, hikmah dan akhlaq. Maka perintah melaksanakan tugas da’wah secara kontinyu adalah,
  • Supaya menyeru kejalan Allah, dengan petunjuk yang lurus (QS.Al-Ahzab, 33 : 45-46).
  • Supaya menyembah Allah. Tidak boleh musyrik. Agar hanya meminta kepadaNya. Mempersiapkan diri untuk kembali kepadaNya (QS.Al Qashash, 28 : 87).
Setiap Da’I, Imam, Khatib, Urang Siak, Tuanku, alim ulama suluah bendang di nagari-nagari, mesti meneladani pribadi Muhammad SAW dalam membentuk effectif leader di Medan Da’wah.
Da’wah itu, menuju kepada inti dan isi Agama Islam (QS. Al Ahzab, 33 : 21). Inti agama Islam adalah tauhid. Implementasinya adalah Akhlaq.
Ummat kini hanya akan menjadi baik dan kembali berjaya, bila sebab-sebab kejayaan ummat terdahulu di kembalikan.
Kita semestinya bertindak atas dasar syara’ itu. Mengajak orang lain untuk menganutnya. “Memulai dari diri da’i, mencontohkannya kepada masyarakat lain”, (Al Hadist).
Inilah cara yang tepat.
Keberhasilan upaya da’wah (gerak da’wah) memerlukan pengorganisasian (nidzam).
Bimbingan syara’ mengatakan bahwa al haqqu bi-laa nizham yaghlibuhu al baathil bin-nizam. Maknanya, yang hak sekalipun, tidak berperaturan (organisasi) akan dikalahkan oleh kebathilan terorganisir.
Jelaslah bahwa program langkah (action planning) disetiap lini adalah keterpaduan, kebersamaan, kesepakatan, dan keteguhan. Langkah awal dengan menghidupkan musyawarah, sesuai bimbingan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Allah menghendaki kelestarian Agama dengan kemampuan mudah, luwes, elastis, tidak beku dan tidak berlaku bersitegang.
Bahasa Syarak adalah bahasa kehidupan
Koordinasi sesama akan mempertajam faktor-faktor pendukungnya, membuka pintu dialog persaudaraan (hiwar akhawi). Kaedah syara’ akan menjadi pendorong dan anak kunci keberhasilan da’wah untuk menghidupkan adagium adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Aktualisasi Kitabullah, nilai-nilai Al-Qur’an, hanya dapat dilihat melalui gerakan amal nyata yang berkesinambungan (kontinyu). Terkait dengan seluruh segi dari aktivitas kehidupan manusia, seperti kemampuan bergaul, mencintai, berkhidmat, menarik, mengajak (da’wah), merapatkan potensi barisan (shaff) dalam mengerjakan amal-amal Islami secara bersama-sama (jamaah) –, sehinga membuahkan agama yang mendunia.
Usaha inilah yang akan menjadi gerakan antisipatif terhadap arus globalisasi negatif pada abad-abad sekarang..
Kitabullah (Al-Qur’an) telah mendeskripsikan peran agama Allah (Islam) sebagai agama yang kamal (sempurna) dan nikmat yang utuh, serta agama yang di ridhai (QS.Al Maidah, 5 : 3), dan menjadi satu-satunya Agama yang diterima di sisi Allah,yaitu Agama Islam (QS. Ali Imran, 3 : 19).
Konsekuensinya adalah yang mencari manhaj atau tatanan selain Islam, tidak akan di ridhai ( QS. Ali Imran, 3 : 85).
Tidak ada pilihan lain hanya Islam, “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah secara ikhlas, yakni orang Muslim, merekapun mengerjakan kebaikan-kebaikan” (QS. An Nisak, 4 : 125).
Setiap Muslim, dengan nilai-nilai Kitabullah (Al Qur’an) wajib mengemban missi yang berat dan mulia yaitu merombak kekeliruan ke arah kebenaran.
Inilah yang di maksud secara hakiki “perjalanan kepada kemajuan (al madaniyah, modernitas)”, yang disebut pemahaman adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Khulasah
Penerapan dari pemahaman adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah di Minangkabau berkehendak kepada gerak yang utuh dan terprogram. Hasilnya tidak mungkin di raih dengan kerja sambilan. Buah yang di petik, sesuai dengan bibit yang di tanam. Demikian natuur-wet (sunnatullah, = undang-undang alami).
Dalam langkah da’wah, setiap muslim berkewajiban menapak tugas tabligh (menyampaikan), kemudian mengajak dan mengujudkan kehidupan beragama (bersyariat) yang mendunia (dinul-harakah al-alamiyyah).
Memberi peran semua elemen masyarakat di Minangkabau menghidupkan adat basandi syara’ syara’ basandi Kitabullah menjadi tugas “ummat da’wah” menurut nilai-nilai Al-Qur’an — (QS. Ali Imran, 3 : 104 ).
Da’wah tidak akan berhenti dan akan berkembang terus sesuai variasi zaman yang senantiasa berubah, namun tetap di bawah konsep mencari ridha Allah.
Maka peran serta masyarakat yang di tuntut adalah ;
Mengelola pembinaan anak nagari dengan peningkatan manajemen yang lebih accountable dari segi keuangan maupun organisasi. Melalui peningkatan ini, sumber finansial masyarakat dapat di pertanggung jawabkan secara lebih efisien dan peningkatan kualitas pembinaan ummat dapat dicapai. Segi organisasi anak nagari mesti lebih viable — dapat hidup terus, berjalan tahan banting, bergairah, aktif dan giat – menurut permintaan zaman, dan durable – yakni dapat tahan lama – seiring perubahan dan tantangan zaman.
Peran serta masyarakat berorientasi kepada mutu menjadikan pembinaan masyarakat berkembang menjadi lembaga center of exellence, menghasilkan generasi berparadigma ilmu komprehensif, berpengetahuan agama luas dan praktis, berbudi akhlaq plus keterampilan.
Peningkatan peran serta masyarakat mengelola surau dalam sistim terpadu menjadi bagian integral dari masyarakat Minangkabau seluruhnya. Pengembangan surau dalam peran pembinaan dapat menjadi inti, mata dan pusar dari learning society, masyarakat belajar. Sasarannya, membuat anak nagari generasi baru menjadi terdidik, berkualitas, capable, fungsional, integrated di tengah masyarakatnya, dengan landasan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Readmore>>

Sukhoi dan Segitiga Bogor

Di wilayah sekitar Halimun Bogor dan sekitarnya ada benteng-benteng milik Prabu Siliwangi yang tak kelihatan, pusat kerajaan ada di Gunung Salak, sebenarnya ini sudah menjadi rahasia umum. Catatan sejarah soal Kerajaan Siliwangi pasca kehancurannya setelah diserang Kesultanan Banten pada tahun 1620-an, adalah catatatan pertama kali dari Scipio yang melakukan ekspedisi sekitar tahun 1687 mencatat ada ratusan macan gembong atau harimau bertempat tinggal di sebuah bangunan dekat Kebun Raya Bogor sekarang, selain itu ditemukan rawa yang berisi badak di sekitar Sawangan, dinamakan Rawa Badak dimana di ujung Rawa Badak ditemukan juga situs parit dan bekas tembok keraton yang dijadikan sarang macan, sekarang sarang macan ini dikenal pertigaan beringin di Sawangan. Selain catatan-catatan arkeologi, ada catatan mistis tentang segitiga Bogor.
Ada kecenderungan suatu pola dimana pesawat jatuh di tempat yang sama, di tahun 1966 helikopter yang ditumpangi Laksamana RE Martadinata jatuh, sampai sekarang penyebabnya tidak ketahuan. Lalu banyak pesawat jatuh di sekitar lokasi yang sama sekitar gunung salak dan gunung halimun.
Ada tiga gunung yang dianggap angker di masa Mataram Sultan Agung, pertama Gunung Merapi, Kedua Gunung Slamet dan Ketiga Gunung Halimun, diantara ketiganya Gunung Halimun-lah yang dianggap paling angker karena memiliki misteri luar biasa. Sampai saat ini banyak peristiwa jatuhnya pesawat di sekitar segitiga Gunung Halimun-Gunung Salak-Gunung Gede.
Daya energi ketiga gunung itu ada di Istana Cipanas, sekitar gedung yang dibangun Bung Karno namanya Gedung Bentol, tempat dimana Bung Karno selalu bermeditasi sejak dia menempati Istana Merdeka di tahun 1949. Di belakang Gedung Bentol ada sumber air panas, yang merupakan energi dari Siliwangi.
Dilamarnya Puteri Dyah Pitaloka yang kecantikannya serupa bidadari dan mewariskan kecantikan yang bisa dilihat pada gadis-gadis Bandung, Cianjur dan Sumedang sekarang ini adalah rahasia ‘Wahyu Nusantara’ yang dimiliki kerajaan Pajajaran, dimana Gadjah Mada ingin memilikinya “Siapa yang menguasai Wahyu Nusantara dia akan menguasai Indonesia’, penguasaan wahyu nusantara ini menimbulkan konflik antara Hayam Wuruk yang berpendapat bahwa wahyu itu bisa diambil dengan cara Ken Arok yaitu menikahi puteri sang Raja, di satu sisi wahyu bisa diambil dengan cara menaklukkan Pajajaran dan membangun kerajaan Majapahit Barat di Pakuan.
Tanpa disengaja menurut kepercayaan banyak orang Bung Karno mengawini puteri Bandung yaitu : Inggit Garnasih yang ditengarai masih keturunan Raja Siliwangi dimana wahyu Nusantara bersemayam di tubuh Inggit Garnasih, dan Bung Karno keturunan langsung Brawijaya V mengobarkan semangat Nusantara bermula di Bandung pada rapat politik Radicale Concentratie di Bandung tahun 1922. Bandung adalah kota terakhir dimana Prabu Linggabuana menyucikan diri di danau Bandung sebelum berangkat ke Majapahit dan kelak beristirahat di Pesanggrahan Bubat dimana kemudian datang Gadjah Mada dan terjadilah insiden pembunuhan dan pembantaian besar-besaran rombongan Pajajaran.
Sisa-sisa dari Laskar Perang Bubat melarikan diri ke Gunung Salak, sementara sisa-sisa dari punggawa Siliwangi yang diserang Banten lari ke Gunung Halimun. Tempat dimana seringnya pesawat menghilang, ini mirip dengan segitiga Bermuda dan segitiga formosa.
Gunung Halimun dan Gunung salak ini mirip Gunung Lawu yang disucikan Majapahit, tak boleh ada yang melintasi diatasnya, burungpun bisa mati bila melewati satu titik tanah yang sakral.
Apakah kejatuhan Pesawat Sukhoi ini sama dengan medan magnetis di Segitiga Gunung Halimun-Salak-Gede? seperti medan magnetis yang ada di segitiga bermuda dan segitiga formosa? Wallahu’alam…….
Readmore>>

Niniak Urang Minang anak Puti Bidodari dari Sarugo

Adopun warih nan bajawek pusako nan batarimo umanaik nan bapakai dari rang tuo dahulunyo, nan sabarih bapantang hilang satapak bapantang lupo, kok hilang nan sabarih ka guru cubo tanyokan kok lupo nan satapak cari tunggue panabangan nyo. Adopun warih nan Bajawek, pituah dek guru mangaji sajak dari Alif, pituah dek mamak babilang sajak dari aso, nan aso Allah duo bumi tigo hari nan satu ampek aie sumbayang limo pintu razaki anam budak dikanduang bundonyo tujuah pangkek manusia salapan pangkek sarugo sambilan pangkek Muhammaik kasapuluah Muhammaik jadi, sinan bakato tuhan kito Kun katonyo Allah Fayakun kato Muhammaik Nabikun kato Jibraie yaa Ibrahi kato bumi jo langik Kibrakum kato Adam, jadi sagalo pekerjaan, apo bana nan tajadi, sajak dari Luah dengan Qalam sampai ka Arasy jo Kurisyi bago sarugo jo narako inggo nak bulan jo matohari walau ndak langik dengan bumi samuik sameto sakalipun takanduang dalam wahdaniah tuhan, adolah limo parakaro, maanyo nan limo parkaro, tanah baki, tanah baku, tanah hitam tanah merah jo tanah putiah, tanah ditampo dek Jibraie dibaok mangirok kahadiraik tuhan ta-anta ka-ateh meja, disinan bijo mangko kababatang sinannyo kapeh kamanjadi banang disitu langik kamarenjeang naiak disitu bumi kamahantam turun disinan ketek mangko kabanamo disinan gadang mangko kabagala disinan Adam nan batamponyo iyo kapanunggu isi duya.
Dek lamo bakalamoan dek asa ba-asa juo dek bukik tumbuakan kabuik dek lauik ampang muaro abih taun baganti taun mangko malahiekanlah ibu manusia Siti Hawa sabanyak 39 urang, mako dikawinkan dari surang ka nan surang nan bunsu indak bajodoh mangko banazalah nabi Adam katiko itu Ya Allah ya rabbil alamin perkenankanlah aku dengan anak cucu aku kasadonyo, kandak sadang kabuliah pintak sadang kabalaku mukasuik sadang lai disampaikan tuhan, bafirman tuhan ka Jibraie, hai malaikaik jibraie mangirok engkau kasarugo nan salapan, kaba-kan ka anak puti bidodari nan banamo Puti Dewanghari anak Puti Andarasan bahaso inyo kadiambiak dek Sutan Rajo Alam diateh duya, mako mangiriok lah Jibraie ka-sarugo nan salapan mangaba-kan ka Puti Dewanghari bahaso inyo ka dipasangkan jo Sutan Rajo Alam diateh duya, mako mamandanglah Puti Dewanghari ka-ateh duya nampaklah anak Adam diateh alam Sigumawang antaro huwa dengan hiya dikanduang Abun jo Makbun wallahualam gadangnyo hati, mako dikumpuekanlah alat peragaik kasadonyo, iyolah payuang panji kuniang payuang bahapik timba baliak langkok sarato jo marawa kuniang cando kajajakan bertatah intan dangan podi buatan urang disarugo, mako ba-tamu lah mereka dipuncak bukit Qaf lalu dinikahkan dek kali Rambun Azali dipangka Titian Tujuah dibawah Mejan nan kiramaik, mako dibaka kumayan putiah asok manjulang ka-udaro takajuik sakalian malaikaik tacengang sagalo Bidodari manyemba kilek ateh langik bagaga patuih diateh duya tarang bandarang cahayonyo lapeh ka-langik nan katujuah tahantak kahadirat tuhan sabagai sasi pernikahan
Dek lamo bakalamoan abih hari baganti bulan abih bulan baganti taun, salah saurang anak cucu baliau nan bagala Sutan Sikandarareni (Alexander the Great / Iskandar Zulkarnain) manjadi rajo kuaso sadaulat dunia mampunyoi katurunan nan partamo Sutan Maharajo Alif kaduo Sutan Maharajo Depang katigo Sutan Maharajo Dirajo, Sutan Maha Rajo Alif mamarentah Banuruhum, Sutan Maharajo Depang mamarentah dinagari Cino sadangkan Sutan Maharajo Dirajo lapeh kapulau Paco mamarentah di Pariangan Padang Panjang dikaki gunuang Marapi dinagari nan alun banamo Minangkabau.
Pajalanan Sutan Maharajo Dirajo
Adopun Sutan Sikandareni rajo alam nan arih bijaksano, mancaliak anak lah mulai gadang lah masak alemu jo pangaja, timbua niaik dalam hati nak manyuruah anak pai marantau mancari alimu jo pangalaman, mako tapikialah maso itu jo apo anak nak kadilapeh balayia dilauik basa, tabayanglah sabatang kayu gadang nan tumbuah dihulu Batang Masia (Egipt) banamo kayu Sajatalobi, daun rimbun rantiangnyo banyak batang panjang luruih pulo, tabik pangana andak manabangnyo kadibuek pincalang (parahu) tigo buah untuak palapeh anak marantau, mako dikumpuakanlah sagalo cadiak pandai ditanah Arab dibaok kapak jo baliuang panabang kayu nantun, lah banyak urang nan manabang lah tujuah puluh tujuah baliuang sumbiang lah tigo puluah tigo pulo kapak nan patah namun batang kayu gadang nantun indak kunjuang rabah, apolah sabab karanonyo, dek rukun saraik alun tabaok, mako datanglah urang cadiak pandai mambari pitunjuak jo pangaja, mako dikumpuakanlah urang banyak, didabiah kibasy sarato unto dibaka kumayan putiah asok manjulang ka-udaro, urang mandoa kasadonyo, mamintaklah Sutan Sikandareni, Yaa Allah yaa rabbil ‘alamin perkenankanlah aku manabang kayu Sajatalobi untuak paharuang lauik basa
Kandak sadang ka-buliah pintak lai ka-balaku, baguncanglah hulu Batang Masie gampo nagari tujuah hari tujuah malam sahinggo banyak batang kayu nan rabah tamasuak batang Sajatalobi, dek urang nan ba-ilimu di-ambiak daun jo batangnyo, daun diramu manjadi dawaik kulik disamak kajadi karateh kapanulih Qalam Illahi untuak mangaji dek umaik nan banyak, kulik batangnyo dipabuek manjadi kain untuak ba-ibadaik kapado Allah.
“Kok mandanyuk di-ampu kaki manyetak di ubun ubun, mato hijau angok lapeh duya bapindah ka akirat, sakik kito dalam kubua sangketo sampai ka Padang Masha, angek cahayo tiang Arasy lapuak baserak dinarako” Tapi kok lai kito sumbayang, Quraan jo hadis jadi pidoman, suruah bakarajoan tagah ba-hantian, sapanjang kaba guru2 kito, mako elok masuak punco ka hulunyo, bilangan duya kok nyo sampai, janji akhiraik kok nyo tibo, pasan nagari kok nyo datang, janji dahulu batapati, duya papindah ka akirat, sananglah awak dalam kubua lapeh katangah Padang Masha, lindok cahayo tiang arasy pulanglah kito kasarugo, mancaliak junjuangan basandiang jo Khadijah dalam sarugo Jannatun nain”
Rabahlah kayu Sajatalobi, batangnyo dikarek tigo kapambuek pincalang tigo buah, ciek pincalang Sutan Maharajo Alif, ciek pulo Sutan Maharajo Depang nan ciek lai untuak Sutan Maharajo Dirajo, hari patang malam pun tibo dipanggie anak kasadonyo, dibari pitujuak jo pangaja kaganti baka pai marantau.
Satantangan Sutan Majo Alif manarimo baka Mangkuto Ameh, Sutan Maharajo Depang mandapek baka pakakeh tukang, Sutan Maharajo Dirajo mandapek kitab barisi undang.
Ayam bakukuak subuah pun tibo hari pagi matohari tabik, barangkeklah anak katigonyo, adopun tantang Sutan Maharajo Alif tambonyo ditutuik alun ka-babukak kini, Sutan Maharajo Depang kisah abih hinggo disiko, Sutan Maharajo Dirajo taruih balaie kapulau Paco, ba-kawan Shekh Shole nan bagala Cateri Bilang Pandai, urang nan cadiak bijak arih candokio anak rang dusun hulu sungai Masia, dipajalanan batambah kawan nan sorang bagala Harimau Campo, nan sorang lai bagala Kambiang Hutan, nan katigo bagala Kuciang Siam nan sorang lai Parewa nan bagala Anjiang Mualim
Adopun Cateri Bilang Pandai urang nan pandai manarah manalakang mahia manjarum manjarumek bisa mamati jo aie liua pandai basikek dalam aie santiang mamanah dalam kalam, kalam kapiek gilo buto, basilang sajo anak panahnyo, lah kanai sajo disasarannyo, pandai mambuek sambang loji nan bapasak dari dalam, alun diraiah lah tabukak lah tibo sajo dijangkonyo
Baitu pulo si Harimau Campo, urang bagak dari India, badan babulu kasadonyo, urang takuik ka-malawan, makan tangan bak cando guruah, capek kaki bak patuih, tibo digunuang gunuang runtuah tibo dibatu batu pacah, pandai manyambuik jo manangkok santiang mangipeh jo malapeh pandai basilek jo balabek, kok malompek bak cando kilek
Kok disabuik pulo si Kambiang Utan, bak batanduak dikapalo, kancang balari dalam rimbo tantu di-padang nan baliku tantu di-tanjuang nan babalik, paham di-lurah nan babatu paham jo aka nan ka-malilik, kok babanak ka-ampu kaki, barajo di-hati ba-sutan di mato kareh hati Allahurabi, kok pakaro etong di balakang
Dikaji pulo tantang si Kuciang Siam, kok manyuruak dihilalang sahalai, ma-ambiak indak kahilangan, bantuak bak cando singo lalok, santiang manipu jo manepong, kok malangkah indak balasia, malompek indak babunyi, kunun lidahnyo indak baense, muluik manih bak tangguli kok manggauik indak mangasan, lah padiah sajo mangko ka tau
Baitu pulo tantang si Anjiang Mualim, Parewa nan datang dari Himalaya, mato sirah bak cando sago, gigi tajam babiso pulo, angoknyo tahan larinyo kancang pandai maintai di nan tarang pandai mahangok dalam bancah, sabalun sampai pantang manyarah, pandai manikam jajak tingga, jajak ditikam mati juo, bahiduang tajam bak sambilu, bia kampuang lah papaga, inyo lah dulu sampai didalam.
Catatan:
  1. Mangkuto Ameh Sijatajati yang berbentuk tanduk diabadikan masyarakat menjadi tudung kepala kaum Bundo Kanduang di ranah Minang.
  2. Sutan Sikandar Reni dalam al Qur’an disebut Raja Iskandar Zulkarnain yang artinya Raja yang mempunyai dua tanduk atau Alexander The Great King of Macedonia
  3. Kalau bangsa Jepang bangga dengan mitos bahwa Kaisarnya berasal dari Dewa Matahari dan Cina bangga bahwa Kaisar mereka berasal dari Naga Sakti dari Kayangan, kenapa urang ‘awak tidak boleh bangga bahwa kalau rajanya berasal dari Anak Puti Bidodari dari Sarugo? Wallahualam antah iyo antah tidak, namanya juga mitos, ya kaaaaaan?
Exodus dari Asia Muka (sebuah tinjauan)
Jauh sebelum tarikh Masehi ketika orang-orang di benua Eropa masih terkebelakang, di daratan Asia telah terdapat masyarakat dengan peradaban tinggi seperti Macedonia, Mesir Kuno, Parsi, Arab, India, Mongolia dan Cina, termasuk disebuah dataran subur Asia Muka di kawasan Campha, Kocin, Peghu, Annam dan kawasan Khasi dan Munda disebelah Tenggara anak benua India yang merupakan kantong2 pemukiman yang kelak dengan berbagai motivasi dan factor penyebab telah melakukan exodus kearah Selatan yang selanjutnya melalui proses yang sangat panjang dan sulit telah menyebar dikepulauan Nusantara dan pulau2 lain yang diapit oleh dua Samudra Hindia dan Pasifik yang kelak menjadi cikal bakal nenek moyang bangsa serumpun.
Yang selanjutnya melalui proses yang panjang dan berliku perpindahan lokal terus berlangsung hingga ditemukan tanah idaman yang dapat dianggap subur dan menjanjikan untuk kehidupan yang lebih baik dan layak
Bagi orang-orang zaman dulu, puncak gunung yang tinggi, indah dan nyaman diyakini sebagai tempat yang suci sebagaimana puncak gunung Mahameru salah satu puncak pegunungan Himalaya di anak Benua Asia, karena puncak gunung yang sedemikian itu dianggap lebih dekat ke Nirwana tempat bersemayam Sang Hyiang Tunggal bersama para Dewata lainnya
Tidak heran bila puncak yang indah seperti Bukit Siguntang dan Merapi menjadi tanah idaman tujuan akhir dari sebuah pencarian panjang.
Gunung Merapi di Ranah Minang pada hari Senin tanggal 16 April 2001 jam 08:20 meletus dan menghamburkan material padat dan debu serta awan panas hingga ketinggian 3 kilometer dari puncaknya, udara yang berbau belerang yang sangat menyengat dan memedihkan mata merayap keperkampungan dikaki gunung disekitarnya.
Menurut catatan, puncak Merapi yang dianggap suci ini pernah didiami oleh Dapunta Hyang beserta pengikutnya sekitar 250 tahun sebelum masehi
Rombongan ini telah melalui sebuah perjalanan yang melelahkan memudiki sungai Kampar untuk mewujudkan sebuah tempat suci yang identik dengan kampung halaman yang ditinggalkan dan selanjutnya berakhir dipuncak Merapi yang mereka yakini sebagai sebuah tempat yang indah dan lebih dekat ke Nirwana tempat Para Hyang dan Dewa-Dewi.
Ber-abad2 lamanya puncak dan lereng Merapi menjadi pusat pemujaan Sang Hyiang Tunggal hingga abad ke 5 oleh sang penguasa diutus Sri-Jayanaga (603 M) turun gunung melewati Sungai Dareh Pulau Punjung untuk menyebar luaskan ajaran dan pengaruh himgga akhirnya sampai kedaerah Shan Fuo Thsie (Tembesi – Muara Tembesi)
Dengan memudiki anak Sungai Batanghari yang berhulu di dua danau kembar didaerah Solok dan Sawah Lunto Sijunjung, hingga akhirnya perjalanan berakhir setelah menemukan sebuah negeri yang kemudian dikenal sebagai Shou Lie Fho Chien (Sriwijaya).
Keharuman nama Swarnadwipa sebagai pulau yang banyak emas ini telah sampai ke-negeri2 ditanah besar Asia bahkan dijazirah Arab sana orang sudah mengenal pelabuhan Barus dipesisir barat Sumatera diperdagangkan sejenis kamfer yang harum itu
Tidak heran bila pesisir pantai terlebih dahulu mengalami asimilasi budaya baik itu lewat para petualang atau saudagar dari anak benua India yang mengembangkan agama Hindu / Budha maupun Islam dari jazirah Arab sana terutama dimasa Sri Maharaja Lokitawarman (699 M)
Tercatat salah seorang petinggi puncak Merapi Sri Maharaja Inderawarman (730M) telah memeluk agama Islam, beliau tewas dalam sebuah prahara ketika terjadi revolusi di istana, sejak itu lereng Merapi menjadi sepi kembali.
Keindahan tempat2 suci disekitar puncak gunung Merapi dengan gua2 batu-nya huingga ke Parahyiangan Padang Panjang telah terkenal hingga ke Tanah Basa Anak Benua India
Dari istana Kalingga Chalukia, sang Maharaja mengirim beberapa kelompok ekspedisi hingga salah satu kelompok ekspedisi tersebut berhasil menemukan Muara Sungai Kampar dan terus memudiki hingga kehulu yang akhirnya ditemukan sebuah tempat yang diyakini sebagai tanah idaman yang cocok untuk didirikan sebuah tempat pemujaan Bathara Dewa.
Dengan dukungan kuat dari Istana Kaliang Gaca ini didirikan sebuah stupa yang kemudian kita kenal sebagai Candi Muaro Takus yang sekarang terletak diwilayah kecamatan 13 Koto Kampar Riau tidak jauh dari perbatasan Propinsi Riau dan Sumatera Barat
Keindahan dan kesucian Kota Lama Muara Takus mengundang penguasa2 diselatan untuk menguasainya hingga ketenangan dan kesucian stupa tempat ibadah ini menjadi terganggu terlebih penguasa Sriwijaya yang sedang gencar melakukan ekspansi, mendorong para penganutnya mencari tempat pemujaan yang baru.
Dengan mengendarai ber-puluh2 ekor gajah yang biasa berkumpul disekitar stupa / candi terutama tiap bulan purnama, dimulailah perjalanan panjang mencari tempat pemujaan yang baru, setelah berbilang bulan dan tahun mendaki dan menuruni lembah dipegunungan bukit barisan dari jauh terlihatlah sebuah puncak yang tinggi “Sagadang Talua Itiak” sebuah harapan yang membangkitkan semangat baru untuk mencapainya
Berkat perjuangan yang amat berat ini sekali lagi Puncak Merapi kembali sebagai pusat kebudayaan seperti dibunyikan dalam pituah urang tuo2 kito “Dari mano titiak palito dibaliakTangluang nan barapi, Dari mano asa niniak kito dari Puncak Gunuang Marapi”
Karena Kota Suci Muara Takus yang terusik oleh ekspansi penguasa2 Sriwijaya, dibawah kepemimpinan sang Datuak ditemukan tanah idaman baru Dipuncak Gunung Merapi dengan kehidupan yang lebih menjanjikan, selanjutnya Datuak Maharajo Dirajo ini mendirikan Istana Kerajaan Koto Batu Dilereng Merapi dimana ketika itu belum disusun aturan2 yang mengikat bersama, tali pengikat hanya kewibawaan dan kearifan Datuak itu sendiri.
Kerajaan Minangkabau Tua yang belum bernama Minangkabau ini bertahan ratusan tahun sepanjang umur Datuak Maharajo Dirajo yang diyakini sebagai manusia Setengah Dewa yang dianugrahi umur ratusan tahun, setelah beliau mangkat pemerintahan dilanjutkan oleh Datuak Suri Dirajo Penghulu kepercayaannya.
Salah seorang Janda Datuak Maharajo Dirajo yang bergelar Puti Indo Julito dikawini oleh Cati Bilang Pandai orang kepercayaan almarhum yang kemudian memboyong keluarga beserta anak2nya Jatang Sutan Balun, Puti Jamilan, Sutan Sakalap Dunia, Puti Reno Sudah dan Mambang Sutan ke Dusun Tuo Limo Kaum, selanjutnya setelah mereka dewasa Datuak Suri Dirajo bermufakat bersama Cati Bilang Pandai untuk mengangkat Sutan Paduko Basa dengan gelar Datuak Katumangguangan dan Jatang Sutan Balun dengan gelar Datuak Perpatiah Nan Sabatang serta Sutan Sakalap Dunia dengan gelar Datuak Surimarajo Nan Ba-nego2 sebagai Penghulu2 yang akan membantu beliau, keputusan ini dimufakati diatas Batu Nan Tigo dengan meminumkan air keris Si Ganjo Erah dengan sumpah setia “Bakato bana babuek baiak mahukum adia bilo dilangga kaateh indak bapucuak kabawah indak baurek di-tangah2 digiriak kumbang”, Ibunda Puti Indo Julito menyerahkan pusaka keris Siganjo Erah dan Siganjo Aia serta Tungkek Janawi Haluih kepada Datuak Ketumangguangan sedangkan Datuak Parpatiah Nan Sabatang menerima keris Balangkuak Cerek Simundam Manti dan Simundam Panuah serta Payuang Kuniang Kabasaran (pertama Ranah Minang menerapkan warisan dari ibu) dan selanjutnya Istano Dusun Tuo menjadi pusat pemerintahan melanjutkan kepemimpinan Datuak Suri Dirajo yang meghabiskan masa tua di Istano Koto Batu.
Mengambil tempat diatas Batu Panta mulai disusun peraturan2 pemerintahan yang selanjut dihasilkan 22 aturan yang terdiri dari ;
  • 4 perangkat Undang2 Adat,
  • 4 Undang2 Nagari,
  • 4 Undang2 Koto,
  • 4 Undang2 Luhak dan Nagari,
  • 4 Undang2 Hukum dan
  • 2 Undang2 Cupak
yang kesemuanya disahkan dengan persumpahan yang masing2 meminum air keris Siganjo Erah diatas Batu Kasua Bunta di Dusun Tuo Limo Kaum. Setelah Undang2 nan 22 tersebut disahkan, di Dusun Tuo dibentuk 4 Suku dengan Pangulu masing2 iaitu :
  1. Suku Caniago dipimpin Datuak Sabatang,
  2. Suku Tujuah Rumah Dt.Rajo Saie,
  3. Suku Korong Gadang Dt.Intan Sampono dan 
  4. Suku Sumagek oleh Dt.Rajo Bandaro,
pada saat itu juga dilantik 2 orang Dubalang iaitu :
  1. Sutan Congkong Tenggi dan
  2. Sutan Balai Sijanguah,
kesemuanya dilantik dibawah pasumpahan Datuak Parpatiah Nan Sabatang sedangkan Datuak Katumangguangan meminumkan Air Keris Siganjo Aia. 
Tidak berapa lama kemudian disusul pula pembentukan 8 Suku lengkap dengan Pangulunya di daerah Pariangan iaitu :
  1. Suku Piliang dipimpin oleh Datuak Sinaro Nan Bagabang,
  2. Koto dipimpin oleh Dt. Basa,
  3. Malayu dipimpin oleh Dt. Basa,
  4. Pisang dipimpin oleh Dt.Kayo,
  5. Sikumbang dipimpin oleh Dt.Maruhun,
  6. Piliang Laweh dipimpin oleh Dt.Marajo Depang,
  7. Dalimo dipimpin oleh Dt.Suri Dirajo dan
  8. Limo Panjang dipimpin oleh Dt.Tunaro.
Kemudian disusul 5 Suku di Padang Panjang iaitu, Dalimo Dt. Jo Basa, Piliang Laweh Dt. Indo Sajati, Dalimo Panjang Dt.Maharajo Suri kemudian disusul 6 Suku di daerah Guguak iaitu Suku Piliang, dipimpin oleh Datuak Rajo Mangkuto, Malayu Dt.Tunbijo, Koto Dt.Gadang, Dalimo Dt.Simarajo, Pisang Dt.Cumano, Piliang Laweh Dt.Rajo Malano,selanjutnya 3 Suku di daerah Sikaladi iaitu Suku Sikumbang dipimpin oleh, Datuak Tumbijo, Dalimo Dt.Barbangso dan Suku Koto Dt.Marajo ke 22 orang, Pangulu Suku ini dilantik oleh oleh Datuak Katumangguangan sedang pasumpahan dengan meminumkan Air Keris Sampono Ganjo Aia oleh Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Setelah peresmian Suku yang 22 ini Datuak Berdua menugaskan Suku Korong Gadang untuk memelihara Batu Panta sedangkan Batu Kasua Bunta tangguang jawab Suku Tujuah Rumah dan Batu Pacaturan oleh Suku Sumagek (ketiga batu bersejarah ini sampai sekarang masih terawat dan dapat dilihat di Dusun Tuo Limo Kaum Batu Sangkar). Walaupun pembentukan Luhak Nan Tigo sudah digariskan sejak kepemimpinan Datuak Maharajo Dirajo Dipuncak Merapi namun ketegasan batas2 belum ada, maka kedua Datuak membuat ketegasan yang ditandai dengan mengeping sebuah batu menjadi 3 bagian yang tidak putus dipangkalnya yang bermakna Luhak nan Tigo berbagi tidak bercerai namun belum diikuti dengan pembagian Suku (batuini dapat dilihat di Dusun Tuo Limo Kaum) dimana sebelum diadakan pembagian Suku untuk Luhak nan Tigo Datuak Katumangguangan memancang tanah dan membuat sebuah nagari yang kemudian diberi nama Sungai Tarab dan menempatkan adiknya Puti Reno Sudah bersama 8 Keluarga sekaligus membentuk 8 Suku lengkap dengan Pangulu iaitu Suku Piliang Sani dibawah Datuak Rajo Pangkuto, Piliang LawehDt.Majo Indo, Bendang Dt.Rajo Pangulu, Mandailiang Dt.Tamani, BodiDt.Sinaro, Bendang Dt.Simarajo, Piliang Dt.Rajo Malano dan Suku Nan Anam dibawah Datuak Rajo Pangulu yang kesemuanya dilantik di Kampuang Bendang danselanjutnya beliau menunjuk kemenakan beliau anak Puti Reno Sudah yang bergelar Datuak Bandaro Putiah sebagai Pangulu Pucuak yang pelantikan dilakukan oleh beliau sendiri diatas Batu 7 Tapak dengan pasumpahan meminum air Keris Siganjo Aia (Batu 7 Tapak ini bisa dilihat di rumah salah seorangpenduduk di Sungai Tarab), selanjutnya Datuak Ketumangguangan memerintahkan Datuak Bandaro Putiah bersama 8 Pangulu Sungai Tarab lainnya agar disekeliling Nagari Sungai Tarab dibangun 22 Koto sebagai benteng dan kubu pertahanan antara lain 8 Koto Kapak Radai (Pati, Situmbuak, Selo, Sumaniak,Gunuang Medan, Talang tangah Guguak dan Padang Laweh), 2 Ikua Koto (Sijangekdan Koto Panjang), 2 Koto Dikapalo (Koto Tuo dan Pasia Laweh), 1 KotoDipuncak (Gombak Koto Baru), 1 Koto sebagai Katitiran Diujuang Tunjuak(Ampalu), kemudian bersama Datuak Parpatiah Nan Sabatang menjalani Luhak Agam dengan membangun Biaro dengan pangulu Pucuak Datuak Bandaro Panjang, Baso dibawah datuak Bandaro Kuniang yang dilantik dan disumpah setia dengan meminumkan Air Keris Siganjo Erah di dusun Tabek Panjang yang selanjutnya kedua Pangulu ini ditugaskan membangun nagari2 di Luhak Agam, sedangkan di Luhak 50 Koto Datuak berdua membangun Nagari Situjuah, Batu Hampa, Koto Nan Gadang dan Koto Nan Ampek dan melantik Datuak Rajo Nun dan Datuak Sadi Awal yang selanjutnya ditugaskan membangun nagari di Luhak tersebut.
Setelah Luhak nan Tigo dibari bapangulu Datuak Perpatiah Nan Sabatang tidak mau ketinggalan dengan Datuak Katumangguangan, beliau meluaskan daerah kearah timur Dusun Tuo dengan membentuk Suku dengan pangulunya antara lain di Korong Balai Batu dibentuk Suku Sungai Napa dibawah Datuak Basa, Jambak Dt. Putiah Dibawah kepiawaian kedua Datuak Ketumangguangan dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang sistem pemerintahan adat menjadi semakin kemilau bahkan hingga beberapa dekade kemudian kedatangan Aditiawarman seorang Pangeran Mojopahit yang ingin merobah secara total sistem pemerintahan adat dinegeri ini yang tentu saja mendapat tantangan keras dari para Datuak Basa Ampek Balai, namun kehadiran Negarawan Mojopahit ini bukan tidak ada segi positifnya, bahkan beberapa pimpinan pemerintahan adat Kelarasan Koto Piliang dan Bodi Caniago berkesempatan bersama Aditiawarman hadir di istana Mojopahit bahkan melakukan kunjungan muhibah ke istana kaisar didaratan Cina.
Kalaupun corak pemerintahan ala Mojopahit pernah ingin dipaksakan diranah Minang namun tidak bertahan lama hanya setelah Aditiawarman tewas dalam suatu insiden, kembali system pemerintahan adat diterapkan kembali sebagaimana dikatakan “Luhak Dibari Bapangulu” namun sistem ini adopsi oleh Kelarasan Koto Piliang terutama untuk daerah2 diluar Luhak nan Tigo sebagai Rantau Minangkabau seperti yang disebutkan “Rantau Dibari Barajo”.
Wilayah Minangkabau menurut Barih Balabeh Tambo Adat Minangkabau :
Dahulu di Minangkabau tidak memiliki hukum positif, yang ada hanya hukum rimba ” Siapo Kuek Siapo malendo, siapo tinggi siapo manimpo” kemudian oleh dua orang bijak iaitu Datuak Katumanggungan dan Datuak Parpatiah nan Sabatang membuat sebuah perangkat Hukum Adat dan Suku agar diperoleh Perdamaian dalam Nagari dimana “nan lamah dilinduangi dan keadilan bagi semua anak negeri. Agar mudah mengawasinya dibuatlah ukuran untuk baik atau buruk suatu tindakan atau perbuatan “Di ukua jo jangko, dibarih jo balabeh, dicupak jo gantang, dibungka jo naraco, disuri jo banang”. Minangkabau adalah nama bagi suatu etnis yang terdapat di Indonesia dengan budaya, bahasa, kawasan dan suku bangsa dengan nama yang sama juga iaitu Minangkabau, yang dari segi topografi kawasan Minangkabau ini dilintasi dataran tinggi Bukit Barisan yang memanjang dari Utara ke Selatan dan melintang dari pantai Barat hingga dataran rendah pulau Sumatera Tengah.
Wilayah Minangkabau dapat dipahami dalam dua hal :
  1. Menurut Pengertian Budaya yaitu suatu wilayah yang didukung oleh sebuah masyarakat yang kompleks, yang bersatu dibawah naungan PERSAMAAN ADAT dan FALSAFAH HIDUP sebagai KESATUAN GEOGRAFIS, HISTORIS, KULTURIS, POLITIS dan SOSIAL EKONOMI.
  2. Menurut Pengertian Geografis iaitu suatu kesatuan wilayah yang terdiri dari DAREK dan RANTAU dimana Darek meliputi wilayah sekitar Dataran Tinggi Bukit Barisan, Lembah dan Perbukitan disekitar Gunung Singgalang, Merapi, Sago dan Tandikat yang disebut sebagai daerah Luhak nan Tigo, edangakan RANTAU terbagi atas RANTAU PESISIR BARAT yang memanjang dari Utara ke Selatan sepanjang daerah sekitar pantai Barat Sumatera Tengah yangdisebut juga sebagai PASISIA PANJANG sedangkan RANTAU PESISIR TIMUR adalah wilayah yang dialiri oleh sungai-sungai besar Batanghari, Indragiri, Kampar, Tapung Siak dan Rokan yang disebut sebagai RANTAU PESISIR TIMUR.
Secara umum disebutkan bahwa daerah Minangkabau terdiri atas 4 bahagian :
  1. Darek : Daerah Luhak nan Tigo dengan Tiga Gunuang Marapi, Singgalang dan Sago
  2. Pasisia : Daerah Sepanjang Pantai Barat Sumatera Tengah sejak perbatasan Bengkulu sekarang (Muko-Muko), Pesisir Selatan Painan, Padang, Pariaman, Pasaman hingga perbatasan Sumatera Utara bagian Barat Sibolga dan Gunuang Sitoli
  3. Rantau : Daerah Aliran sungai yang bermuara ke Selat Malaka dan Laut Cina Selatan
  4. Rantau nan Sambilan : Negeri Sembilan di Semenanjung Tanah Melayu-Malaysia sekarang Batas Wilayah Adat Minangkabau, Sebagaimana disebut dalam Adat Barih Balabeh Minangkabau iaitu ; Adat Limbago dalam nagari, Tambo Adat Minangkabau “Jauah nan buliah ditunjuakkan, dakek nan buliah dikakokkan, sabarih bapantang lupo satitiak bapantang ilang, kok ilang tulisan di Batu, di Limbago tingga juo, nan Salareh Batang Bangkaweh, Salilik Gunuang Marapi Saedaran Gunuang Pasaman Sajajaran Sago jo Singgalang sahinggo Talang jo Gunuang Kurinci, dari Sirangkak Nan Badangkang hinggo Buayo Putiah Daguak sampai ka Pintu Rajo Ilia jo Durian di takuak rajo sampai Kurinci Sandaran Aguang, Sipisakisau Anyuik, Si Alang Balantak Basi, hinggo Aia Baliak Mudiak, sampai ka Ombak Nan Badabua, sa iliran Batang Sikilang, hinggo Lauik Nan Sa didiah, ka Timua Ranah Aia Bangih, Rao sarato jo Mapa sampai Tunggua jo Gunuang Malintang, taruih ka Pasisia Banda Sapuluah, inggo Taratak jo Aia Itam, sampai ka Tanjuang Simalindu, taruih ka Pucuak Jambi Sambilan Lurah.disabuik pulo Luhak nan Tigo Lareh nan Duo, partamo Luhak Tanah Data duo Luhak Agam tigo bilangan jo Luhak Limopuluah, tiok Luhak dibari Bapangulu, urang nan basa dalam luhak, rancak kato dek mufakat elok nagari dek pangulu, mano pulo Lareh Nan Duo partamo Koto Piliang duo Lareh Bodi Caniago, itu nan saparentah daulat Pagarayuang nan diganggam taguah dipacik arek, kok diliek pulo tantang pado Rantaunyo, kurang aso duopuluah, tiok rantau dibari ba Rajo, Rajo Puatin Tiang panjang Rajo Nagari Pulau Punjuang, Rajo Gamuyang Gunuang Sahilan sarato Nan Dipituan Nagari Basyrah jo Rajo Sumbayang Nan Dipituan Luhak Singingi, Urang Gadang Datuak Rajo Sadio Rajo Kinali, Nan Dipituan Rajo Munang Rajo Rao Aia Bangih, Rajo Sungai Pagu Muaro Labuah, Rajo Lubuak Bandaro Rajo Rambah Rokan Kubu, Datuak Rajo Bandaro Rajo Lindai Tapuang, Sutan Gasib Rajo Siak, Datuak Tanah Data jo Datuak Pasisia sarato Datuak Limo Puluah jo Datuak Kampar Urang Gadang Pakanbaru, sahinggo Rajo Tambilahan, Rajo Rengat sarato Rajo Asahan itu nan disabuik Pagangan Arek Ameh Manah Daulat Pagaruyuang."
Keterangan:
  • Salilik Gunuang Marapi
  • Iaitu daerah Luhak nan Tuo Tanah Datar, Luhak nan Tangah Agam dan Luhak nan Bongsu Limo Puluah Koto.
  • Si rangkak nan badangkang
  • Negeri asal di lembah lereng Merapi Pariangan Padang Panjang.
  • Buayo Putiah Daguak
  • Sekitar Pesisir Selatan / Indopuro
  • Pintu Rajo Ilia
  • Perbatasan daerah Rejang Bengkulu
  • Durian Ditakuak Rajo
  • Daerah Jambi arah ke sebelah barat
  • Si Pisak Pisau Anyuik
  • Daerah Indragiri Hulu hingga perbatasan Gunung Sahilan
  • Si Alang Balantak Basi
  • Seputaran Gunung Sahilan hingga Kuantan Singingi – Simandolak
  • Aia Babaliak Mudiak
  • Daerah Kampar Pesisir Timur dimana waktu musim pasang, arus Selat Malaka membawa gelombang besar yang disebut Bono
  • Ombak Nan Badabua
  • Pesisir dan pulau2 di lautan Hindia
  • Sa iliran Batang Sikilang
  • Daerah di seputaran Batang Sikilang
  • Gunuang Mahalintang
  • Daerah Perbatasan dengan Mandailing Tapanuli Selatan
  • Rao jo Mapa Tunggua
  • Daerah Rao sampai ke Daratan Sumatera Tengah bagian Timur dan Selatan – Tapung Kiri dan Tapung Kanan, Rokan Hulu, Petapahan, Mandau dan Rokan Kubu
  • Pasisia Banda Sapuluah
  • Daerah pantai barat ke arah utara dekat perbatasan Sibolga dan Gunuang Sitoli
  • Aia Itam
  • Daerah Dataran Rendah Sumatera Tengah yang warna rawa – air anak sungainya hitam
  • Tanjuang Simalindu
Daerah sebuah tanjung sekitar aliran sungai yang menjorok ke daerah Pucuk Jambi sambilan Lurah
Pendahulu2 kita niniak muyang urang Minang dari satu generasi ke generasi berikutnya yang semakin berkembang itu selalu menganjurkan anak kemenakan nya untuk membuka areal baru membentuk taratak selanjutnya jika semakin ramai anak cucu tersebut dibentuk pulalah jorong jo kampung-dusun/desa jo nagari, disusun sesuai ketentuan iaitu minimum sudah ada “nan ba kaampek suku”, walaupun selalu berpindah2 dari satu wilayah ke wilayah lain dan selanjutnya menetap di kantong2 daerah yang lahannya subur dan ikan nya banyak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan sejahtera dalam rangka mancarikan “nasi nan sasuok, pungguang nan tak basaok dan ameh nan sakauik” namun muyang2 kita itu tetap menjalin hubungan dengan daerah asal yang disebut dalam ketentuan adat:
  • - Jauah cinto mancinto
  • - Dakek jalang manjalang
  • - Jauah mancari suku
  • - Dakek mancari indu (induak)
Tidak jarang komunikasi ke Tanah Asal terputus karena sudah jauh dari pusat2 kelembagaan adat di Luhak nan tigo terutama Pusat Pemerintahan Adat Pagaruyung, bahkan terjebak dan terisolasi akibat perhubungan dan lalu lintas yang sulit terutama selama masa 350 tahun masa pembodohan oleh penjajah Belanda, hingga sudah beberapa generasi tidak lagi melihat tanah asal Tanah Leluhur sementara peradaban bertambah maju dan dinamis juga.
Namun demikian ketentuan adat yang pokok iaitu ” Basuku bakeh ibu, babangso bakeh bapak” tidak akan hilang begitu saja “indak lakang dek paneh, indak ka lapuak dek hujan” itulah warisan yang diterima dari nenek moyang setiap Generasi Anak Suku Bangsa Minangkabau dimanapun dia berada.
Untuk ranji atau silsilah raja2 Minangkabau kuno, akan saya bongkar2 dulu si fail lamo, insya Allah ko basuo beko ambo postingkan pulo baliak
Readmore>>

Rabu, 09 Mei 2012

Detik-detik Kepergian Rasulullah SAW

Pagi itu Rasululloh dengan suara
terbata-bata berkutbah, " Wahai
umat ku. kita semua dalam
kekuasaan Allah dan cinta
kasih_Nya, maka taat dan
bertaqwala kepada_Nya. Ku
wariskan dua perkara kepada
kalian, Al Qur'an dan Sunnahku.
Siapa yang mencintai Sunnahku,
berarti mencintaiku dan kelak
orang-orang yang mencintaiku
akan masuk surga bersama-sama
aku"

Kutbah singkat itu di akhiri dengan
pandangan mata rasululloh yang
tenang dan penuh minat menatap
satu persatu sahabatnya. Abu
bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca. Umar menahan
nafas dan tangisnya. Usman
menghela nafas panjang. Ali
menundukkan kepala.
Isyarat telah datang, saatnya telah
tiba, " Rasululloh akan
meninggalkan kita semua" keluh
hati sahabat. Manusia tercinta itu,
hampi selesai tunaikan tugasnya.

Tanda-tanda itu makin kuat. Ali
dengan cekatan memeluk
rasululloh yang lemah dan goyah
ketika turun dari mimbar.

Matahari kian tinggi, tapi pintu
rumah rasululloh masih tertutup. Di
dalamnya rasul terbaring lemah
dengan kening berkeringat
membasahi pelepah kurma alas
tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu
terdengar salam, "bolehkah saya
masuk?'
tanyanya.

Fatimah tak mengijinkan masuk.
"Maafkan ayahku sedang demam."

Ia kembali menemani ayahnya
yang ternyata sudah membuka
mata dan bertanya, "siapakah itu
wahai anakku" "Tak taulah ayahku,
sepertinya baru kali ini aku
melihatnya" tutur Fatimah lembut.

Rasul menatap putrinya dengan
pandangan yang mengetarkan.
Seolah-olah bagian demi bagian
wajah putrinya hendak di
kenangnya.

" Ketahuilah. Dialah yang
menghapuskan kenikmatan
sementara. Dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.
dialah malaikul maut" kata
rasululloh. Fatimahpun menahan
ledakan tangisnya.

Ketika malaikat maut datang
mendekat, rasul menanyakan
kenapa jibril tidak menyertainya.

Kemudian di panggilah jibril yang
sudah bersiap di atas langit dunia
menyambut ruh kekasih Allah ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di
hadapan Allah" tanya rasul dengan
suara yang teramat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka.
para malaikat telah menanti
ruhmu. Semua surga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata
Jibril. Ternyata itu tidak membuat
rasul lega. Matanya masih penuh
gambaran kecemasan.

" Engkau tidak senang mendengar
kabar ini?" tanya jibril.

" Kabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?"

" Jangan khawatir ya rasul Allah,
aku pernah mendengar Allah
berfirman kepada ku, Ku haramkan
surga bagi siapa saja, kecuali umat
muhammad telah berada di
dalamnya" kata jibril.

Detik-detik semakin dekat. Saatnya
Izrail melakukan tugasnya.
Perlahan ruh rasululloh di tarik.
Nampak sekujur tubuh rasul
bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang. "Jibril, betapa
sakit sakaratul maut ini" rasululloh
mengaduh lirih. Fatimah terpejam.
Ali yang berada di sampingnya
menunduk semakin dalam. Jibril
memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau
palingkan wajahmu Jibril?" tanya
rasululloh pada malaikat pengantar
wahyu itu.

"Siapa yang sanggup melihat
kekasih Allah di renggut ajal," kata
Jibril. Kemudian terdengar rasul
memekik karena sakit yang tak
tertahankan. "Ya Allah, dasyat nian
maut ini, timpahkan saja semua
siksa maut ini kepadaku, jangan
pada umatku".

Badan rasul mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu. Ali segera
mendekatkan telinganya, "

Uushikum bis shalati, wa maa
malakat aymanukum. Peliharalah
sholat dan peliharalah orang-
orang lemah diantara kamu"

Di luar pintu tangispun mulai
terdengar bersahutan. Sahabat
saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di wajahnya.
Dan Ali kembali mendekatkan
telinga di bibir rasul yang mulai
kebiruan, " Ummatii..., ummatii....,
ummatii...,"

Berakhirlah hidup manusia mulia
yang memberi sinaran itu.

Allahumma sholli 'ala Muhammad
wa baarik wa salim 'alaihi."
Readmore>>

Adab Makan di Ranah Minang

Ado adab/caro makan (baradaik) di nagari awak nan kini alah samakin langka dikarajoan urang, makan basamo katiko baralek sacaro adaik, jo caro bajamba. Makan basamo, balimo sampai baranam urang maadok-i ciek piriang gadang. Sacaro sederhana nampak bahaso urusanno indak labiah dari 'makan basamo', tapi dalam kanyataanno banyak aturan-aturan nan musti dikatahui dek urang-urang nan sato makan, sabab kalau sasaurang salah, awakno kadapek cap indak bataratik, atau labiah jauah indak baradaik.
Makan bajamba samo ado dikarajoan rombongan laki-laki ataupun urang padusi. Untuak laki-laki, katiko makan alah sabana ka dimuloi, sasudah salasai pasambahan untuak mampabasoan urang nan sadang adok dalam sidang karapatan untuak kasamo makan, mako si pangka, atau nan mawakili tuan rumah ditiok jamba, mamasuak-an samba alias lauak pauak nan dilatak-an ditangah-tangah piriang gadang nan alah baisi nasi. Piriang gadang ko ado kalono dilatak-an di ateh dulang tapi bisa juo indak baaleh jo dulang. Malatak-an sambako musti arif bijaksano supayo jaan sampai latak samba cako tampak kurang adia, jadi musti sabana di tangah. Di masiang-masiang jamba duduak ipa jo bisan, si pangka jo si alek, ado nan tuo, ado nan dituokan, sainggo proses makan basamo sabana musti dijago supayo tatap dalam kaadaan bataratik.
Irama suok turun naiak musti basilambek, indak buliah karocoh pocoh, musti nanti manantian. Nan disuok hanyolah nan diadok-an awak masiang- masiang, jadi indak buliah malintehi 'panyuok-an' urang di suok kida awak Katiko mamuloi indak nampak bana sia nan paliang daulu, sabab mambasuah tangan sabalun ka makan buliah samo sarangkek. Tapi ka baranti ado aturan nan musti dijago, indak buliah nan mudo daulu mambasuah tangan. Walaupun awakno alah kanyang, bagianno alah abih, ano musti manantian sampai nan labiah tuo atau nandituo-an salasai sudah itu mambasuah tangan labiah daulu, baitu taratikno.
Makan bisa dilaluan sambia maota-ota ketek, tapi musti dijago pulo kato- kato jo caro mangecek, jaan sampai bakapantiangan nasi kalua dari muncuang. Indak bataratik namono kalau makan disaratoi jo galak takakah-kakah, sabab jo caro ikopun amuah pulo tabosek nasi dari muncuang kalua. Makan indak buliah barimah atau taserak nasi kalua, sabab nan sarupo iko indak kameh namono alias mubazia. Kalau ka ditambuah-an nasi, apo lai tambuahan nan nomor sakian, musti samupakaik urang sajamba. Kalau urang alah sabana manulak, bukan lai dek babaso, jaan dipasoan juo supayo jaan sampai basiso. Basisoko indak buliah. Jadi fihak si pangka (nan kamanambuah-an nasi) iyo bana harus pandai maakuak-an. Bajamba makan nasi, bajamba pulo 'minum kawa' sasudah itu.
Jamba minun kawa ko tadiri dari katan, jo ajik, jo kalamai, jo pinyaram nan dilatak-anditangah-tangah. Sabalun ka minun kawa ado pasambahan saketek dulu, mamintak si alek malakek-an parabuang, dek kini musim paujan, baitu jano.
Romboangan padusi baitu juo carono. Nan babedo hanyolah di caro duduak, sabab urang padusi duduak basimpuah, samantaro laki-laki duduak baselo.
Seloko indak buliah lapeh sajak mulo duduak sampai sabana tagak maurak selo, sasudah salasai makan jo minum kawa, sasudah salasai jo pasambahan mintak kato katurun, nan lamono bisa jadi sampai ampek jam (panah ambo alami du). Antah baa lo lah carono, alun panah nampak urang nan indak pandai tagak sasudah duduak baselo salomo itu doh.
Paliang-paliang agak sapiradan kaki tu sabanta, ta tengkak-tengkak saketek, sudah tu aman sajo.
Di kampuang ambo, dulu ambo paratian ado sabagian kaum ibu-ibuko nan mamasuak-an nasi ka muncuang jo caro 'baambuangan'. Nasi tu di 'pamainan' mareka jo jari, sabagian ado nan di 'amia-amia' di tangan babarapo saat sabalun diambuangan ka muncuang. Atraksi nan sabanano cukuik hebaik sababindak ado nan taserak nasi tu doh.
Baiak dikalompok urang laki-laki ataupun urang padusi, biasono anak-anak indak disatoan sajamba jo urang tuo-tuo doh. Anak-anak ko diagiah sajo piriang surang, supayo indak manggaduah.
Ado apak kawan ambo saisuak di Banduang biaso maajai kami. Kalau kalian makan di meja makan, di undangan atau di rumah urang, mamakai sendok jo garapu, musti kalian paratian bana, jaan sampai babunyi badanciang- danciang sendok jo garaputu di piriang. Kalau makanan bakuah saumpamo sup, indak buliah babunyi 'sarupuik' no. Makan indak buliah mancapak- capak. Indak buliah mairuik-iruik salemo kok nyampang tabik salemo dek makan kapadehan. Indak buliah malapehan sindao gadang. Kalau alah sudah makan, sendok jo garapu musti ditungkuik-an latakno basisian dipiriang, itu ka tando bahaso awak alah sudah makan indak ka batambuah lai. Baitu jano baliau maajai kami. Caro-caroko tantu sajo bukan caro baradaik di nagari awak, tapi caro-caro 'taratik' urang Bulando. Sabagian lai sasuai ambo, lai juo ambo pagunoan kalau ambo makan diundangan urang caro makan duduak di meja bakurisi, kacuali malatakan sendok batungkuik- an tu.
Sasudah bakarajo jo urang Parancih, sakali samaso pai (tapaso) mamanuahi undangan makan malam mareka, nan kudian-kudian ko samakin acok ambo tulak.
Ambo tulak sabab indak lanteh angan lai duduak sameja jo urang minum khamar, tau ambo baso sato badoso awak walau hanyo sakadar sato duduak mangawani sajo. Katiko pai tapaso tu (dulu) ambo usaoan untuak samo duduak sameja jo urang nan indak minum khamar tu. Makan mampagunoan pisau jo garapu. Pisau disuok, garapu dikida. Dek makan jo tangan kidako adolah caro makan setan (hadits Rasulullah) mako ambo mamotong-motong makanan jo pisau, sudah itu ma istirahatkan pisau di tapi piriang, mamacik-an garapu jo tangan suok. Lai alun panah nan managua atau nan batanyo lai doh.
Kalau urang Parancih iyo sabana baunyai-unyai makan ko, sabana barapi- rapi ota, langkok jo galak takekeh-kekeh bagai, katiko ado carito lucu. Nan indak basamangaik bana awak mancaliak katiko ado (bahkan sangat umum) nan malansiang salemo ka serbet jo bunyi nan sabana mengezutkan. Di kalangan mareka itu bukanlah tabu, bukanlah indak sopan. Awak nan duduak dakek mareka iyo janiah-janiah ayia liyua dibuekno.
Undangan nan biasono pukua satangah salapan malam, dimuloi jo minum-minum sambia maota-ota. Mareka minum sampanye, awak buliah mintak jus limau misalno. Tagak sambia maota-ota ka ilia ka mudiak. Iko alah kurang manyanangan diambo. Pukuah satangah sapuluah baru muloi makan. Duduak dikurisi meja-meja bulek untuak salapan urang sameja, atau ado juo di meja panjang bahadok-hadokan. Makan baunyai-unyaiko, balapih-lapih nan dimakan, makanan pambukak, makanan utamu, ado pulo desert bisa labiah dari ciek, ado pulo makan-makan keju (ado nan busuak sangaik bagai baunno), dan sabagaino, dan sabagaino nan masiang- masiangno tu sabana lamo, sainggo panah bakasudahan pukuah duo pagi, diselingi jo hota nan indak bakarunciangan amek. Nan cilakono, manuruik tatakrama mareka, jamuan ko alun salasai kalau alun di tutuik jo kopi atau teh. Jadi kalau alun ditutuik jo minum kopi alun buliah awak lai mintak ijin nak daulu, baitu pulo konon. Salamo minum kopiko duduak alah buliah bebas, biasono tuan rumah bakuliliang pulo malawan tamu-tamu maota agak saketek surang, kasampatan untuak saliang manggajobohan antaro tuan rumah jo tamu.
Readmore>>